BAB 1
MATERI
DAN METODE
Materi
Alat yang digunakan dalam Praktikum Lemak
adalah pipet tetes berfungsi untuk mengambil larutan dan meneteskannya dalam
tabung reaksi dan tabung
reaksi berfungsi untuk tempat mereaksikan larutan.. Bahan yang digunakan dalam praktikum
ini yaitu minyak
kelapa, mentega, margarine, air, alcohol, eter, kloroform, air
sabun, Na2CO3 dan lemak ( gajih ).
Metode
Sifat Fisik, Kekentalan, dan Bau
Langkah kerja pada percobaan ini dilakukan
dengan cara menyediakan minyak kelapa dan lemak (gajih) pada tabung reaksi
secara terpisah. Mengamati
sifat kekentalan, bau, dan sifat fisik dari minyak kelapa dan lemak (gajih).
Mencatat hasil pengamatan pada buku praktikum.
Uji Kelarutan Lipid
Langkah kerja pada percobaan ini dilakukan dengan
cara menyediakan
lima tabung reaksi yang masing-masing telah diiskan air, Na2CO3,
alkohol, eter dan
kloroform sebanyak 10 tetes secara urut. Menambahkan Minyak Kelapa sebanyak 10 tetes
pada tiap tabung. Kemudian menggojognya
sampai tercampur dan biarkan beberapa
menit kemudian mengamati apa yang terjadi. Mengulangi percobaan tersebut dengan
menggunakan Mentega
dan Margarin.
dan mengamati hasilnya. Mengulangi percobaan dengan mentega dan margarine.
Pembentukan Emulsi
Langkah kerja pada percobaan ini dilakukan dengan cara menyediakan tiga tabung reaksi. Tabung I berisi 2 ml air dan 1 tetes
minyak kelapa. Tabung II berisi 2 ml air, 1 tetes minyak dan 1 tetes Na2CO3.
Tabung III berisi 2 ml air, 1 tetes minyak kelapa dan 1 tetes air sabun.
Menggojog sampai tercampur dan mengamati hasilnya. Mengulangi percobaan dengan
mentega dan margarine.
BAB 2
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Uji
Sifat Fisik, Kekentalan dan Bau Lemak
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, diperoleh sebagai berikut :
Tabel
1. Hasil Pengamatan Uji
Sifat Fisik, Kekentalan dan Bau Lemak
Sampel
|
Kekentalan
|
Bau
|
Sifat fisik
|
Minyak kelapa
|
Encer
|
Tengik
|
Kekuningan, cair
|
Lemak (gajeh)
|
Kental
|
Amis
|
Bergelambir, padat
|
Sumber : Data Primer Praktikum Kimia
Dasar, 2012
Percobaan
dengan Uji Sifat Fisik, Kekentalan dan Bau Lemak memiliki tujuan untuk mengetahui
sifat fisik lemak, tingkat kekentalan, dan bau dari lemak. Hasil praktikum pada
kedua sampel menunjukkan hasil yang berbeda baik itu dari segi fisik,
kekentalan maupun baunya, tetapi sebenarnya zatnya sama. Hal ini sesuai
pendapat Hawab (2004) bahwa lemak
dan minyak hanya berbeda wujud, tetapi zatnya sama. Pada suhu tinggi lipid
menjadi cair, sedangkan pada suhu rendah lipid menjadi padat. Lemak (gajih)
memiliki tingkat kekentalan tinggi dan berbau amis , sedangkan minyak kelapa
memiliki tingkat kekentalan rendah dan berbau tengik. Hal ini sesuai dengan pendapat Sastrohamidjoyo (2000) pada lemak memiliki
sifat kental, padat, sedangkan minyak kelapa mempunyai sifat kental namun sedang, berbau dan cair.
3.2.
Uji
Kelarutan Lipid pada
Minyak Kelapa
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 2. Hasil Pengamatan Uji Kelarutan Lipid
Pelarut
|
Minyak
|
Margarin
|
Mentega
|
H2O
Na2CO3
Alkohol
Eter
Kloroform
|
Tidak larut
Tidak larut
Tidak larut
Larut
Larut
|
Tidak larut
Tidak larut
Tidak larut
Larut
Larut
|
Tidak larut
Tidak larut
Tidak larut
Larut
Larut
|
Sumber: Data Primer Praktikum
Dasar, 2012
Pada Uji Kelarutan ini, minyak
kelapa, margarin dan mentega digunakan sebagai bahan terlarut. Bahan pelarut
digunakan Air, Na2CO3,
Alkohol, Eter, dan Kloroform. Uji kelarutan
diperoleh hasil bahwa ketiga sampel tidak larut dalam air, Na2CO3 dan alkohol. Namun semua
sampel larit pada pelarut organik polar yaitu eter dan kloroform. Hal ini
sesuai dengan pendapat Hart et al (2003) bahwa lipid tidak larut
dalam air tetapi larut dalam pelarut organik polar. Hawab (2004) juga
menambahkan bahwa ciri khusus dari zat atau senyawa lipid ialah tidak larut dalam air, tetapi larut dalam
pelarut-pelarut lemak, yaitu cairan pelarut nonpolar, seperti khloroform, eter,
aseton, dan sebagainya. Pelarut seperti eter dan klorofom yang digunakan disebut juga sebagai
pelarut lemak. Sesuai pendapat Poedjiadi (1994) bahwa pelarut organik misalnya
eter, aseton, kloroform, benzena yang sering disebut “pelarut lemak”.
3.2 Uji
Emulsi
Berdasarkan
hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 1.3
Pengamatan Uji Emulsi
Sumber : Data
Primer Praktikum Kimia Dasar, 2012.
Berdasarkan hasil pengamatan uji emulsi bahwa mentega,
margarine dan minyak kelapa dapat membentuk emulsi oleh Na2CO3
dan air sabun yang dicampur dengan air, sedangkan untuk air tidak mengemulsi.
Hal ini sesuai pendapat Poedjiadi (1994) bahwa sabun digunakan sebagai bahan pembersih kotoran, terutama
kotoran yang bersifat lemak atau minyak karena sabun dapat mengemulsikan lemak
atau minyak. Serta margarin merupakan minyak kelapa sawit yang mengalami proses
hidrogenasi, yaitu proses perubahan asam lemak cair menjadi asam lemak padat.
Hart et al (2003) menambahkan bahwa lemak mempunyai sifat tidak larut dan
teremulsi dalam air. Percobaan emulsi saat pelarutnya berupa Na2CO3
dan air sabun yang dicampur dengan air juga menunjukkan adanya sedikit endapan.
Hal ini sesuai pendapat Hart et al
(2003) bahwa apabila pada suatu bahan yang diujikan terdapat lemak maka akan
mengalami emulsi dengan sempurna yang ditunjukkan dengan adanya endapan.
KESIMPULAN
Percobaan mengenai lemak dapat diambil kesimpulan
bahwa lemak tidak larut dan tidak mengemulsi dalam air, tetapi larut dalam
pelarut-pelarut lemak yaitu cairan pelarut non polar seperti chloroform, eter,
aseton dan sebagainya. Lemak mengemulsi saat dilarutkan dengan Na2CO3 dan air
sabun yang telah dicampur dengan air. Wujud atau fisik antara lemak dan minyak
berbeda pada saat uji fisik, kekentalan dan bau. Sebenarnya zat antara lemak
dan minyak sama.
DAFTAR
PUSTAKA
Hart,
H,. L.E Craine dan D.J Hart. 2003. Kimia Organik. Erlangga, Jakarta.
Hawab,
H.M. 2004. Pengantar Biokimia Edisi Revisi. Bayumedia Publishing, Jakarta.
Poedjiadi,
A. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Ut-Press, Jakarta.
Sastrohamidjojo,
H. 2000.Kimia Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar